Tuesday, November 19, 2013

UJI BIURET, NINHIDRIN, DAN XANTOPROTEIN



Preferensi Lebistes sp Terhadap Suhu

LAPORAN PRAKTIKUM

diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah praktikum ekologi hewan
 yang di ampu oleh Sopyan Nurjaman, M. Pd.



Oleh:
Robby Nur Awaluddin
08541046




Kelas IIIB





JURUSAN BIOLOGI
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
( STKIP ) – GARUT
2011


  1. TUJUAN

Dalam penyusunan laporan praktikum ini penulis mempunyai tujuan, sebagai berikut:
    1. ingin mengidentifikasi bahan uji yang mengandung protein (ikatan peptide);
    2. ingin mengidentifikasi bahan uji yang mengandung α asam amino;
    3. ingin mengidentifikasi bahan uji yang mengandung asam amino yang memiliki cincin aromatik;
    4. ingin mengidentifikasi perubahan – perubahan pada tiap bahan uji.

  1. LANDASAN TEORI
Berdasarkan keterbatasan ilmu yang penulis miliki, maka untuk melengkapi data pengamatan dan sebagai penguat atas hasil praktikum, penulis menggunakan dan mencantumkan pendapat para ahlitentang hal yang bersangkutan sebagai landasan teori, adapun teorinya antara lain sebagai berikut:
    1. Biuret
Buiret adalah senyawa dengan dua ikatan peptida yang terbentuk pada pemanasan dua mulekul urea. Ion Cu2+ dari preaksi Biuret dalam suasana basa akan berekasi dengan polipeptida atau ikatan-ikatn peptida yang menyusun protein membentuk senyawa kompleks berwarna ungu atau violet. Reaksi ini positif terhadap dua buah ikatan peptida atau lebih, tetapi negatif untuk asam amino bebas atau dipeptida.
Tujuan dari pengujian biuret ini adalah untuk mengetahui adanya ikatan peptide. Adapun prosedurnya yaitu pertama – tama, protein bereaksi dengan NaOH dan CuSO4. Fungsi dari NaOH itu adalah mencegah endapan Cu (OH)2, dan memecah ikatan protein menjadi urea, sebagai katalisator. Adapun fungsi CuSO4 adalah sebagai pendonor Cu2+ . seperti yang telah diuraikan sebelumnya reaksi positif ditandai dengan terjadinya warna ungu karena adanya kompleks yang terjadi antara ikatan peptida dengan O dari air. Reaksi ini disebut reaksi biuret karena positif terhadap kondensasi 2 molekul urea. Lebih jelasnya dapat dilihat reaksi berikut ini.
2CO(NH2)2 à CONH2 – NH --CONH2 (biuret) + NH3
CuSO4+ 2H2O à Cu(OH)2 + H2SO4
Cu(OH)2 + NH3 à warna ungu
Reaksi juga positif terhadap senyawa organik yang mempuyai gugus CO(NH2), SC(NH2), NHC(NH2), H2C(NH2)
Ikatan peptide panjang
à
ungu
Ikatan peptide pendek
à
pink


    1. Ninhidrin
 Ninhidrin merupakan reagen pengoksidasi kuat yang bereaksi dengan seluruh α asam amino. Dalam suasana asam yang lebih jelasnya pada PH 4 – 8 yang menghasilkan senyawa berwarna ungu. Ninhidrin ini zat yang bereaksinya adalah protein dengan triketohydrindene hidrat. Semua asam amino, atau peptida yang mengandung asam-α amino bebas akan bereaksi dengan ninhidrin membentuk senyawa kompleks berwarna biru-ungu. Namun, prolin dan hidroksiprolin menghasilkan senyawa berwarna kuning.
  Adapun prinsip reaksinya akan dijelaskan seperti berikut ini.
Ninhydrin merupakan oksidator yang menyebabkan dekarboksilasi oksidatif dari α asam amino yang menghasilkan CO2, NH3, dan aldehid yang rantainya lebih pendek 1 C dari asam amino asalnya. Ninhydrin yang tereduksi akan bereaksi dengan NH3 sehingga membentuk senyawa kompleks berwarna biru atau ungu dengan absorpsi warna maksimum pada panjang gelombang 570 nm. Reaksi ini bereaksi positif hampir dengan semua jenis protein.



    1. Xanthoprotein
Xanthoprotein  ini adalah pereaksi protein yang menunjukkan adanya inti benzene (cincin fenil). Untuk identifikasi tyrosin,trptophan, dan fenilalanin. Prosedur  dari pereaksian Xanthoprotein ini adalah protein bereaksi dengan HNO3 dan menghasilkan + NaOH berlebih.
Prinsip dari pengujian xanthoprotein adalah nitrasi pada inti benzena yang terdapat pada molekul protein. Awalnya larutan asam nitrat pekat yang dicampurkan dengan asam amino yang memiliki cincin aromatik atau struktur benzen yang dipanaskan akan membentuk suatu turunan nitro yang berwarna kuning dan garam – garam turunannya akan berwarna jingga bila ditambah dengan NaOH.


    1. Protein
Menurut Poedjiadi (1994: 81), protein berasal dari kata protos atau proteos yang berarti pertama dan utama. Protein mempunyai fungsi sebagai biokatalis dengan bantuan enzim. Protein adalah komponen penting yang diperoleh dari tumbuhan dan hewan. Protein yang berasal dari hewan disebut protein hewani, dan yang berasal dari tumbuhan disebut protein nabati.
Adapun menurut pessenden (1997: 661), protein memiliki struktur yang khas dan berat molekul yang spesifik. Meskipun demikian, protein sangat sukar dimurnikan karena protein terdapat dalam bentuk kompleks bersama lipid dan karbohidrat juga sebagai campuran dengan protein lainnya. Selain itu, bentuk protein mudah rusak oleh panas, asam, basa, dan pelarut organic. Rusaknya protein tersebut dikenal dengan istilah terdenaturasi.
Ada tiga golongan protein,antara lain yaitu protein serat, bujur telur, dan protein gabungan. Protein serat yaitu bentuk protein yang tidak larut dan sering ditemukan dalam kulit, rambut, jaringan pengikat dan tulang. Adapun protein bujur yaitu protein yang berbentuk bujur telur atau bulat lonjong, umumnya larut dalam air. Protei bujur telur dapat dibagi menjadi 4, yaitu albumin, globulin, histon, dan protamin. Sedangkan protein gabungan adalah protein yang bergabung dengan senyawa selain protein (Fessenden, 1997: 663).
Selain itu, sediaoetama berpendapat mengenai protein (2000: 53), bahwa protein merupakan zat gizi yang sangat penting karena yang paling erat hubungannya dengan proses – proses kehidupan. Protein berasal dari kata yunani “protebos” yang artinya “yang pertama” atau “yang terpenting”. Molekul protein mengandung unsur C, H, O, dan N yang menjadikan protein berbeda dari karbohidrat dan lemak.
Menurut siddik (1994: 173), protein adalah polimer yang tersusun dari unit – unit asam amino yang dihubungkan satu sama lain oleh ikatan yang disebut ikatan peptide. Protein memiliki struktur molekul yang cukup kompleks, berbeda dengan alkana, alcohol, asam, dan lain sebagainya.
Selain itu, protein merupakan molekul makro yang memiliki berat molekul antara 5 ribu gingga beberapa juta. Protein terdiri atas rantai – rantai panjang asam amino. Unsure utama protein adalah nitrogen. Unsure nitrogen merupakan 16 % dari berat protein (Al matsier, 1986: 77).
Protein terdapat dalam semua jaringan hidup baik tumbuhan maupun hewan. Jaringan biji – bijian, daging tak berlemak, organ vital, kulit, dan rambut mengandung protein dalam jumlah besar daripada jaringan – jaringan berlemak. Bila protein di didihkan dalam asam atau basa encer atau terkena enzim – enzim spesifik dalam pencernaan, molekul – molekulnya akan dihidrolisis menjadi asam amino. Oleh karena itu, protein serupa dengan pati dan selulosa dalam artian molekul – molekulnya terdiri dari satuan berulang dari molekul yang lebih sederhana (Keenan, 1986: 420).
a.       Struktur
Struktur protein dapat dilihat sebagai hirarki, yaitu berupa struktur primer (tingkat satu), sekunder (tingkat dua), tersier (tingkat tiga), dan kuartener (tingkat empat). Struktur primer protein merupakan urutan asam amino penyusun protein yang dihubungkan melalui ikatan peptida (amida). Sementara itu, struktur sekunder protein adalah struktur tiga dimensi lokal dari berbagai rangkaian asam amino pada protein yang distabilkan oleh ikatan hidrogen. Berbagai bentuk struktur sekunder misalnya ialah sebagai berikut:
·         alpha helix (α-helix, "puntiran-alfa"), berupa pilinan rantai asam-asam amino berbentuk seperti spiral;
·         beta-sheet (β-sheet, "lempeng-beta"), berupa lembaran-lembaran lebar yang tersusun dari sejumlah rantai asam amino yang saling terikat melalui ikatan hidrogen atau ikatan tiol (S-H);
·         beta-turn, (β-turn, "lekukan-beta"); dan
·         gamma-turn, (γ-turn, "lekukan-gamma").
Gabungan dari aneka ragam dari struktur sekunder akan menghasilkan struktur tiga dimensi yang dinamakan struktur tersier. Struktur tersier biasanya berupa gumpalan. Beberapa molekul protein dapat berinteraksi secara fisik tanpa ikatan kovalen membentuk oligomer yang stabil (misalnya dimer, trimer, atau kuartomer) dan membentuk struktur kuartener. Contoh struktur kuartener yang terkenal adalah enzim Rubisco dan insulin.
b.      Penggolongan protein
1)      Protein sederhana

2)      Protein gabungan
3)      Derivate protein
c.       peranan protein






  1. ALAT DAN BAHAn
uji amilum
·         Reagen lugol
·         HCl
·         Pipet tetes
·         Bahan uji
    1. Susu
    2. Kacang tanah
    3. Minyak
    4. Mentega
    5. Putih telur
    6. Tahu
·         Plat tetes
·         Tabung reaksi
·         Mortal dan pistil
·         Air
·         Rak tabung reaksi
·         Gelas ukur

uji kelarutan lemak
·         Bahan uji
·         Pipet
·         Tabung reaksi
·         Mortal dan pistil
·         Aseton 1 ml
·         Alcohol 1 ml
·         Kloroform 1 ml
·         Ester 1 ml


uji gliserol
·         Mentega
·         KHSO4
·         Pembakar bunsen
·         Tabung reaksi (pirex)
·         Pengaduk
·         Penjepit tabung
·         Pipet tetes

uji kolesterol
·         Bahan uji
·         KLoroform 3 ml
·         Asan sulfat pekat 2 tetes
·         Tabung reaksi
·         Anhidrida aseta 1 ml
·         Mortal dan pistil
·         Pipet tetes
·         Gelas ukur
·         Rak tabung
·         Spatula


  1. langkah kerja
uji amilum
            Pertama – tama bahan yang akan di uji dihaluskan dengan menggunakan mortal dan pistil kemudian dibuat larutan. Setelah itu, larutan uji dimasukan kedalam plat tetes sebanyak 2 tetes dengan pipet tetes. Kemudian larutan uji yang ada didalam plat tetes ditambah atau ditetesi dengan reagen lugol sebanyak 2 tetes. Kegiatan tersebut diulangi kembali pada bahan uji yang lain. Selanjutnya hasil percobaan yang diperoleh, diamati dan dicatat.
           
uji kelarutan lemak
1.      Identifikasi lemak
Sama halnya seperti pada uji amilum, pertama – tama bahan yang akan diuji dihaluskan dengan menggunakan mortal dan pistil kemudian dibuat larutan. Setelah itu, larutan uji diambil dengan pipet tetes. Kemudian larutan uji diteteskan ke kertas sebanyak 2 tetes. Setelah itu, kertas dikeringkan, dan setelah kering, kertas diamati dan data yang diperoleh dicatat.
2.      kelarutan lemak
untuk pengujian kelarutan lemak, pertama – tama margarine atau minyak dimasukkan kedalam 4 tabung reaksi sebanyak satu sendok spatula untuk masing – masing tabung. Setelah itu, satu persatu margarine ditetesi masing – masing dengan larutan penguji yang berbeda, antara lain aseton, alcohol, kloroform, ester sebanyak 1 ml. Setelah itu, larutan diteteskan pada kertas, lalu dikeringkan. Setelah kering kertas diamati dan hasil pengamatan dicatat.

uji gliserol
            Pertama – tama bahan yang akan di uji (mentega) dimasukan kedalam tabung reaksi sebanyaksatu sendok spatula. Kemudian mentega yang ada didalam tabung ditambah dengan KHSO4 sebanyak satu sendok spatula pada tabung. Setelah itu, tabung reaksi dijepit dengan penjepit tabung dan dipanaskan dengan pembakar Bunsen. Selanjutnya dibakar dengan posisi miring. Lalu larutan didinginkan. Selanjutnya hasil percobaan yang diperoleh, diamati dan dicatat.
           
uji koloesterol
Pertama – tama bahan yang akan di uji dihaluskan dengan menggunakan mortal dan pistil kemudian dibuat larutan. Setelah itu, larutan uji dimasukan kedalam tabung reaksi sebanyak 5 - 10 tetes dengan pipet tetes. Kemudian larutan uji yang ada didalam plat tetes ditambah atau ditetesi dengan3 ml larutan kloroform. Setelah itu, 1ml Anhidrida asetat dicampurkan. Beberapa saat setelah itu,dicampurkan 2 tetes H2SO4 pekat. Kegiatan tersebut diulangi kembali pada bahan uji yang lain. Selanjutnya hasil percobaan yang diperoleh, diamati dan dicatat.